Friday, 19 September 2014

Bolehkah Aku Berharap



Bolehkah Aku Berharap
Ahh Kamu lagi

Terkadang aku memang enggan menyapamu lagi. Aku mulai lelah berharap padamu lagi. Perasaanku memang sedikit berbeda dari biasanya. Perasaan yang menunggu mu setengah tahun ini. Sajak iringan album photo mu masih rapat dalam folder tersembunyi, berharap tiada satu pun melihatnya dan berkata bahwa aku berharap pada laki-laki yang belum tentu benar untuk ku harapkan. Aku memang diam-diam mencarimu, walau aku tahu ada sosok yang lebih dari aku yang waktu itu juga mencarimu. Aku hanya tidak ingin perasaanku terlalu berharap pada mu lagi.
Entahlah, aku ingin menghentikannya, tapi naluri ini selalu berkata rindu padamu. Ragaku hanya meratapi kerinduan jiwaku. Raga berkata STOP!, tapi jiwa ini berkata “Aku Rindu dia lagi” aku teramat lelah melayani jiwaku, Ahh,, sebenarnya aku bosan dengan cerita ini, tokoh aku yang berharap lebih pada laki-laki yang hanya diam dengan kemisteriusan wajahnya. Mungkin ini karma dari Tuhan, ketika aku sempat menyia-yiakan seseorang laki-laki, disitu lah hukum timbal balik menimpa ku.
Aku resah bila beberapa hari tak kau kabari, aku memang bukan siapa-siapa mu, tapi lihatlah aku tetap berdiri di tempat yang sama dengan mu waktu itu, walau kau telah menghapus jejakmu dengan kebisuan, aku tetap bisa menapakinya dengan naluriku. Tuhan, dia teramat manis jika bersama orang lain, biarlah aku egois untuk memilikinya dengan alur yang sama degannya, beri kami perbedaan untuk menarik sesuatu untuk melengkapi dari yang kita punya.
Asaku mulai menghitam ketika kau diam. Asa ku tersenyum lagi ketika kau memberi harapan padaku untuk mencintaimu. Aku ingin bertatap mata dengan mu lagi, dan menanyakan apa maksudmu selama ini, kau membius batin ini untuk selalu mengikutimu. Aku ingin kau tak melupakanku, aku ingin selalu hidup di ingatanmu, aku juga penuh kata bodoh untuk melanjutkan cerita khayalan ini.
Semoga kau sama denganku, Kau sama tentang rasa cinta, kau sama rasa tentang kerinduan. Aku mungkin goyah jika tanpa mu . Aku perempuan yang masih mengharapkanmu. Detik yang takkan terulang ketika pertama kali melihatmu, Aku selalu penasaran tentang perkembangan rasaku, tapi aku juga ingin menanyakan “Apa kabar rasamu?” Semoga kau tetap baik-baik saja merindukanku. Aku bosan menghayal. Ayo lah kenyataan kau rasa dan kerinduan ini. Kau harus bicara, harus bicara, harus bicara! untuk kepastianku agar aku tak lagi tergantung pada mu lagi.

jangan cuman dilihatin doang dong.
comment yukz :-)