Peristiwa
satu tahun lalu itu masih tergambar jelas dipikiran saya.
Betapa tidak, ketika saya membuatkan beliau secangkir susu hangat pukul
sepuluh malam dan menyuapinya dengan pipet. Murotal Surah Yasin saya
stel berulang kali dan didekatkan ditelinga beliau. Walaupun pendengaran
beliau terganggu tapi saya percaya lantunan itu selalu mendamaikan,
selalu meyembuhkan.
Dan, malam-malam
ketika surah itu diperdengarkan saya selalu teringat. Surah itu
mempermudah kepulangannya, ketika tasbih diletakkan dijemari kanannya
dan beliau memalingkan wajah membelakangi putra pertamanya. Saat itulah
saya tahu bahwa keajaiban dzikir dan surah yasin itu luar biasa.
Bersama yang telah pergi, saya begitu mencintai beliau. Hingga malam
ketika saya bermimpi bertemu beliau dengan wajahnya tampan dan
perawakannya yang tinggi. Beliau masih sering menyapa ketika terjaga.
Lewat mimpi saya diingatkan, ada yang sangat butuh lampu dikuburnya.
Untuk menerangi rumahnya yang gelap, sendiri.
Ini lampumu Eyang Kung, maaf masih sering lupa simbah.
jangan cuman dilihatin doang dong.
comment yukz :-)