Mencintai patah hati yang tidak mudah. Ada makna yang harus disembunyikan erat, ada makna yang harus diperjelas nyata.
Seperti apa adanya.
Malam, gerimis bersahabat dengan angin. Mengesek-gesek dedaunan taman yang bergemuruh. Sedang gerimis mengiringi gesekan menuju kehampaan malam.
Sedang aku tergugu berlinang air mata, ketika berusaha tegak mencintai patah hati ini. Mencintai yang seharusnya tidak pernah dicintai. Masa lalu tidak pernah baik jika dikenang terus-menerus, dan aku tidak mengingatnya lagi. Sudah terlupakan.
Aku berjalan dikegelapan, menelisik sekitar dengan kepekaan batin, aku sebenarnya menemukan sesuatu, dia bukan rentetan dari patah hatiku. Dia berbeda, terang. Nampaknya itu siluet masa depanku. Dia bernama kamu.
Dada yang berdebar ketika kau menatap mataku dari kejauhan, terbayang wajah yang harus aku biasakan. Kau yang pelan-pelan juga membiasakan hatimu mendekat, aku menyambutmu hangat. Namun itu semua bernama ketidakpastian.
Jauh aku harus pergi, rindu ini semakin menjadi-jadi. Apakah kau merasakan hal yang sama?. Kamu yang bernama ketidakpastian, harus berapa lama menjadi peran dibalik layar perasaan ini, menutupinya rapat agar tak tercium olehku juga sekitarmu. Semua hal tentangku kau biaskan, seolah bukan aku, menutupinya dengan perbedaan, meletakkannya ditempat terbaik, sesuatu itu ada didirimu, melekat dijiwamu serta berada disekitarmu. Dan sesuatu itu bernama rahasia.
Aku disini begitu bangga, tulus membuka hati untuk sesuatu itu. Membuka ditegah kekosongan tanpa melukai diantara kita karena aku berjalan diam-diam. Mengedepankan kenyamananmu bukan simpati yang berharap terus diladeni. Terkadang hanya melihatmu tersenyum dari kejauhan, ku temukan bahagiaku. Bahagia yang mungkin kurasa sendiri, tidak denganmu.
Andai kau tak segan mendaki lebih jauh lagi, kau pasti merasakan betapa bersahabatnya perasaan. Semuanya terasa akrab dikehidupan ini, bersahaja, ada kesan makna yang mampu membangun jiwa tapi kau harus hati-hati.
Seperti apa adanya.
Malam, gerimis bersahabat dengan angin. Mengesek-gesek dedaunan taman yang bergemuruh. Sedang gerimis mengiringi gesekan menuju kehampaan malam.
Sedang aku tergugu berlinang air mata, ketika berusaha tegak mencintai patah hati ini. Mencintai yang seharusnya tidak pernah dicintai. Masa lalu tidak pernah baik jika dikenang terus-menerus, dan aku tidak mengingatnya lagi. Sudah terlupakan.
Aku berjalan dikegelapan, menelisik sekitar dengan kepekaan batin, aku sebenarnya menemukan sesuatu, dia bukan rentetan dari patah hatiku. Dia berbeda, terang. Nampaknya itu siluet masa depanku. Dia bernama kamu.
Dada yang berdebar ketika kau menatap mataku dari kejauhan, terbayang wajah yang harus aku biasakan. Kau yang pelan-pelan juga membiasakan hatimu mendekat, aku menyambutmu hangat. Namun itu semua bernama ketidakpastian.
Jauh aku harus pergi, rindu ini semakin menjadi-jadi. Apakah kau merasakan hal yang sama?. Kamu yang bernama ketidakpastian, harus berapa lama menjadi peran dibalik layar perasaan ini, menutupinya rapat agar tak tercium olehku juga sekitarmu. Semua hal tentangku kau biaskan, seolah bukan aku, menutupinya dengan perbedaan, meletakkannya ditempat terbaik, sesuatu itu ada didirimu, melekat dijiwamu serta berada disekitarmu. Dan sesuatu itu bernama rahasia.
Aku disini begitu bangga, tulus membuka hati untuk sesuatu itu. Membuka ditegah kekosongan tanpa melukai diantara kita karena aku berjalan diam-diam. Mengedepankan kenyamananmu bukan simpati yang berharap terus diladeni. Terkadang hanya melihatmu tersenyum dari kejauhan, ku temukan bahagiaku. Bahagia yang mungkin kurasa sendiri, tidak denganmu.
Andai kau tak segan mendaki lebih jauh lagi, kau pasti merasakan betapa bersahabatnya perasaan. Semuanya terasa akrab dikehidupan ini, bersahaja, ada kesan makna yang mampu membangun jiwa tapi kau harus hati-hati.
jangan cuman dilihatin doang dong.
comment yukz :-)